Ini Dia Asal Usul Viralnya Aura Farming Pacu Jalur Kuansing

 

Kuantan Singingi,Teropongbangsa.com- Di atas haluan jalur panjang yang ramping, seorang bocah menari dengan penuh penghayatan. Kedua belah tangan menggulung pelan, lalu tangan kanan mengibas ke bawah tangan kiri, sejajar ketiak. Kemudian berganti, tangan kiri mengibas di bawah kanan. Menggulung lagi, tangan kanan ke belakang dan tangan kiri ke depan, berganti lagi seperti gerak jalan namun seirama dengan kecipak dayung anak pacu.


Tarian bocah itu diakhiri dengan cium tangan ke arah penonton dan membentuk simbol hati dengan jari telunjuk dan jari jempol. Sebuah tarian kecil dari tubuh mungil yang mengguncang jagat maya dengan musik latar Yong, Black & Rich.


Bocah itu bernama Rayyan Akhan Dikha, penari cilik yang kini dielu-elukan bukan hanya di kampung halamannya di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, melainkan hingga ke Paris dan New York. Ia tampil sebagai Togak Luan, penari yang berdiri di haluan dalam tradisi Pacu Jalur, lomba mendayung perahu tradisional yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kuansing.


Puncak dari viralnya tari Togak Luan bermula dari sebuah video berdurasi 27 menit yang diunggah ke Facebook pada Mei 2025 oleh akun Dimas Eka Yuda. Video ini merekam aksi Dikha menari di tepian Narosa dalam ajang Pacu Jalur 2024. Hanya dalam hitungan hari, video ini ditonton 58 juta kali dan mengundang lebih dari 1,6 juta likes.


Namun bukan hanya angka yang mencengangkan. Perusahaan Facebook Amerika mengunggah ulang video itu, menghapus watermark asli, dan menambahkan latar musik Young, Black & Rich. Di situlah tarian ini mendapat julukan baru, Aura Farming. Sebuah istilah yang terdengar asing di tanah Kuansing, namun menyedot atensi global.


Dalam waktu singkat, video itu menarik perhatian klub sepak bola elite dunia, Paris Saint-Germain (PSG). Pada Juni 2025, PSG mengunggah momen selebrasi pemainnya, Achraf Hakimi, yang menirukan gerakan Dikha. Video itu ditonton lebih dari 110,5 juta kali. Tak lama, dunia pun bertanya: “Siapa bocah kecil dari Indonesia yang menciptakan selebrasi viral ini


Di balik kehebohan ini, ada kerja keras para kreator konten lokal Kuansing yang selama ini setia mengabadikan budaya Pacu Jalur. Salah satunya Dimas, kreator video viral Dikha. Dimas bercerita, ia dan rekan-rekannya harus berendam selama 5 jam di sungai, dari pukul 13.00 WIB hingga menjelang malam. Mereka berjibaku dengan air, panas, dan resiko kamera rusak akibat cipratan air dari suporter.


Namun semua itu tak dianggap beban. “Alhamdulillah sekarang airnya bersih, tidak segatal dulu,” kata Dimas sambil tertawa kecil.


Bagi Dimas, ini adalah bentuk cinta terhadap tradisi. “Saya bangga sebagai orang Kuansing. Sesuatu yang kita anggap kecil, ternyata bisa menyentuh dunia,” kata Dimas yang merinding bila bercerita soal ini.


Kebanggaan itu tak ia simpan sendiri. Dimas tidak meminta imbalan apapun dari Dikha maupun keluarganya. “Itu rezekinya Dikha. Saya cukup bahagia videonya bisa bermanfaat,” ucapnya mantap.


Di Kuansing, komunitas kreator konten kini tumbuh subur. Ada yang beranggotakan 25 hingga 30 orang. Mereka tidak hanya memproduksi konten untuk viral, tapi untuk mendokumentasikan budaya. Seorang kreator lain, Randi, menceritakan bahwa dia sudah mulai memotret Pacu Jalur sejak 2012–2013. “Dulu cuma foto. Sejak ada Instagram dan TikTok, baru kita pindah ke video,” katanya.


Viral pertama mereka datang dari video Tukang Tari Raja Bujang yang sampai diundang ke acara TV nasional seperti Pagi-pagi Ambyar dan Brownis pada 2023. Namun dibanding semua video, tak ada yang sefenomenal tarian Dikha.


Para kreator juga merencanakan untuk membentuk sebuah wadah resmi. Tujuannya bukan sekadar eksistensi, tapi juga pelestarian budaya. “Supaya kami punya satu tujuan, menyalurkan hobi sambil mengangkat budaya Kuansing,” ujar Randi.


Viralnya tarian aura farming menciptakan efek bola salju. Tak hanya memopulerkan tarian Togak Luan, tapi juga memperkenalkan Pacu Jalur sebagai warisan budaya Melayu Riau yang belum banyak diketahui publik internasional.


Dimas menyebutkan, video Dikha lebih berdampak dibanding video sebelumnya yang juga viral, seperti aksi penari cilik Vino pada 2022. “Dulu viralnya hanya di Indonesia. Kalau sekarang, Dikha sampai ke luar negeri. Itu luar biasa,” ujarnya.


Kini, para kreator berharap pemerintah dan masyarakat luas lebih peduli pada upaya mereka. Bukan untuk keuntungan pribadi, tapi demi lestarinya budaya Pacu Jalur yang telah menghidupi batin orang Kuansing selama berabad-abad.


Karena siapa sangka, dari tepian sungai kecil di Riau, seorang bocah yang menari tanpa beban bisa menyentuh hati dunia.


Tentang Melly Mike


Nama Melly Mike mendadak ramai diperbincangkan publik Indonesia setelah lagunya, Young Black & Rich, menjadi latar tren TikTok Aura Farming, tarian unik dari anak-anak Kuansing yang berkaitan erat dengan tradisi Pacu Jalur, warisan budaya Riau.



Lahir di Minneapolis, Minnesota, pada 6 Januari 1997, Melly Mike kini berusia 28 tahun. Sejak kecil ia sudah akrab dengan musik, namun baru benar-benar serius menekuni dunia rap saat menginjak usia dewasa. Langkah resminya di industri musik dimulai pada tahun 2024, saat ia merilis album debut bertajuk Young Black & Rich.


Album itu menjadi penanda lahirnya gaya musik khas Melly Mike, penuh energi, segar, dan berbeda dari rapper pendatang baru lainnya. Tak butuh waktu lama, ia pun mulai menarik perhatian publik, terutama setelah salah satu lagunya digunakan dalam video Aura Farming yang viral di Indonesia pada pertengahan 2025.





     Rayyan Arkhan Dikha saat mensri Auara Farming.Perbesar


Rayyan Arkhan Dikha saat mensri Auara Farming.


Tarian bocah itu diakhiri dengan cium tangan ke arah penonton dan membentuk simbol hati dengan jari telunjuk dan jari jempol. Sebuah tarian kecil dari tubuh mungil yang mengguncang jagat maya dengan musik latar Yong, Black & Rich.



Bocah itu bernama Rayyan Akhan Dikha, penari cilik yang kini dielu-elukan bukan hanya di kampung halamannya di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, melainkan hingga ke Paris dan New York. Ia tampil sebagai Togak Luan, penari yang berdiri di haluan dalam tradisi Pacu Jalur, lomba mendayung perahu tradisional yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kuansing.



Awal Viral di Jagat Maya


Puncak dari viralnya tari Togak Luan bermula dari sebuah video berdurasi 27 menit yang diunggah ke Facebook pada Mei 2025 oleh akun Dimas Eka Yuda. Video ini merekam aksi Dikha menari di tepian Narosa dalam ajang Pacu Jalur 2024. Hanya dalam hitungan hari, video ini ditonton 58 juta kali dan mengundang lebih dari 1,6 juta likes.



Namun bukan hanya angka yang mencengangkan. Perusahaan Facebook Amerika mengunggah ulang video itu, menghapus watermark asli, dan menambahkan latar musik Young, Black & Rich. Di situlah tarian ini mendapat julukan baru, Aura Farming. Sebuah istilah yang terdengar asing di tanah Kuansing, namun menyedot atensi global.


Dalam waktu singkat, video itu menarik perhatian klub sepak bola elite dunia, Paris Saint-Germain (PSG). Pada Juni 2025, PSG mengunggah momen selebrasi pemainnya, Achraf Hakimi, yang menirukan gerakan Dikha. Video itu ditonton lebih dari 110,5 juta kali. Tak lama, dunia pun bertanya: “Siapa bocah kecil dari Indonesia yang menciptakan selebrasi viral ini?”


Dari Lumpur Sungai


Di balik kehebohan ini, ada kerja keras para kreator konten lokal Kuansing yang selama ini setia mengabadikan budaya Pacu Jalur. Salah satunya Dimas, kreator video viral Dikha. Dimas bercerita, ia dan rekan-rekannya harus berendam selama 5 jam di sungai, dari pukul 13.00 WIB hingga menjelang malam. Mereka berjibaku dengan air, panas, dan resiko kamera rusak akibat cipratan air dari suporter.


Namun semua itu tak dianggap beban. “Alhamdulillah sekarang airnya bersih, tidak segatal dulu,” kata Dimas sambil tertawa kecil.


Bagi Dimas, ini adalah bentuk cinta terhadap tradisi. “Saya bangga sebagai orang Kuansing. Sesuatu yang kita anggap kecil, ternyata bisa menyentuh dunia,” kata Dimas yang merinding bila bercerita soal ini.


Kebanggaan itu tak ia simpan sendiri. Dimas tidak meminta imbalan apapun dari Dikha maupun keluarganya. “Itu rezekinya Dikha. Saya cukup bahagia videonya bisa bermanfaat,” ucapnya mantap.


Komunitas di Balik Lensa


Di Kuansing, komunitas kreator konten kini tumbuh subur. Ada yang beranggotakan 25 hingga 30 orang. Mereka tidak hanya memproduksi konten untuk viral, tapi untuk mendokumentasikan budaya. Seorang kreator lain, Randi, menceritakan bahwa dia sudah mulai memotret Pacu Jalur sejak 2012–2013. “Dulu cuma foto. Sejak ada Instagram dan TikTok, baru kita pindah ke video,” katanya.




Viral pertama mereka datang dari video Tukang Tari Raja Bujang yang sampai diundang ke acara TV nasional seperti Pagi-pagi Ambyar dan Brownis pada 2023. Namun dibanding semua video, tak ada yang sefenomenal tarian Dikha.


Para kreator juga merencanakan untuk membentuk sebuah wadah resmi. Tujuannya bukan sekadar eksistensi, tapi juga pelestarian budaya. “Supaya kami punya satu tujuan, menyalurkan hobi sambil mengangkat budaya Kuansing,” ujar Randi.


Dunia Melihat Kuansing


Viralnya tarian aura farming menciptakan efek bola salju. Tak hanya memopulerkan tarian Togak Luan, tapi juga memperkenalkan Pacu Jalur sebagai warisan budaya Melayu Riau yang belum banyak diketahui publik internasional.




Dimas menyebutkan, video Dikha lebih berdampak dibanding video sebelumnya yang juga viral, seperti aksi penari cilik Vino pada 2022. “Dulu viralnya hanya di Indonesia. Kalau sekarang, Dikha sampai ke luar negeri. Itu luar biasa,” ujarnya.


Harapan dari Hulu Sungai


Kini, para kreator berharap pemerintah dan masyarakat luas lebih peduli pada upaya mereka. Bukan untuk keuntungan pribadi, tapi demi lestarinya budaya Pacu Jalur yang telah menghidupi batin orang Kuansing selama berabad-abad.


Karena siapa sangka, dari tepian sungai kecil di Riau, seorang bocah yang menari tanpa beban bisa menyentuh hati dunia.


Tentang Melly Mike


Nama Melly Mike mendadak ramai diperbincangkan publik Indonesia setelah lagunya, Young Black & Rich, menjadi latar tren TikTok Aura Farming, tarian unik dari anak-anak Kuansing yang berkaitan erat dengan tradisi Pacu Jalur, warisan budaya Riau.




Lahir di Minneapolis, Minnesota, pada 6 Januari 1997, Melly Mike kini berusia 28 tahun. Sejak kecil ia sudah akrab dengan musik, namun baru benar-benar serius menekuni dunia rap saat menginjak usia dewasa. Langkah resminya di industri musik dimulai pada tahun 2024, saat ia merilis album debut bertajuk Young Black & Rich.


Album itu menjadi penanda lahirnya gaya musik khas Melly Mike, penuh energi, segar, dan berbeda dari rapper pendatang baru lainnya. Tak butuh waktu lama, ia pun mulai menarik perhatian publik, terutama setelah salah satu lagunya digunakan dalam video Aura Farming yang viral di Indonesia pada pertengahan 2025.




Tren TikTok ini bermula dari aksi Rayyan Akhan Dikha, seorang bocah penari haluan dalam lomba Pacu Jalur. Gerakan tariannya yang khas diiringi musik Melly Mike menyedot jutaan penonton dan menjadikan lagu itu semacam “soundtrack tak resmi” dari kebudayaan Pacu Jalur yang sedang naik daun.


Fenomena ini bukan hanya mengangkat nama Dikha dan budaya Kuansing, tetapi juga memperkenalkan Melly Mike ke audiens baru yang tak terduga. Di Indonesia, namanya melonjak sebagai rapper luar negeri yang lagunya menjiwai tradisi lokal.


Selain berkarya lewat musik, Melly Mike juga aktif membangun komunikasi dengan para penggemar melalui media sosial. Ia memiliki akun di Instagram, Twitter, YouTube, dan TikTok, di mana ia paling aktif. Per Agustus 2025, akun TikTok-nya telah memiliki lebih dari 644 ribu pengikut.


Meski kariernya baru seumur jagung, Melly Mike adalah bukti bagaimana musik bisa menembus batas geografis dan budaya, dari Minneapolis ke Riau, dari studio rekaman ke atas perahu Pacu Jalur.


Tentang Rayyan Arkhan Dikha


Namanya Rayyan Akhan Dikha, atau akrab dipanggil Dikha, anak coki yang kini jadi ikon budaya Pacu Jalur yang viral mendunia.



Dikha lahir pada 28 Desember 2014 di Desa Pintu Gobang, Kuantan Tengah, Riau. Ia adalah anak kedua dari pasangan Jufriono, atlet Pacu Jalur, dan Rani Ridawati. Tradisi ini bukan hal baru baginya, sejak usia tujuh tahun, Dikha sudah rutin ikut latihan bersama ayahnya dalam tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo.


Dalam dunia Pacu Jalur, Dikha memegang peran penting sebagai anak coki, penari yang berdiri di haluan perahu. Tugas ini bukan sekadar menari, tapi juga menjaga keseimbangan di atas perahu panjang yang melaju kencang didayung puluhan orang. “Hal yang susah itu menjaga keseimbangan badan. Saya belajar sendiri, otodidak,” kata Dikha.


Sudah tiga tahun murid kelas V SD tersebut, mengisi peran itu. Tapi bukan hanya ikut-ikutan, Dikha menciptakan gaya khasnya sendiri, terinspirasi dari gerakan ayahnya dan para peserta pacu jalur lain yang ia tonton sejak kecil. Gaya ini kemudian dikenal luas di media sosial sebagai Aura Farming, istilah tak resmi yang menggambarkan tarian penuh aura dan energi dari bocah penari di atas perahu.


Viralnya video Dikha dimulai pada ajang Pacu Jalur 2024 di Tepian Norsa. Videonya yang berdurasi 27 menit diunggah ke Facebook pada Mei 2025, dan dalam waktu singkat ditonton 58 juta kali serta mendapat 1,6 juta likes. Setelah diunggah ulang oleh akun internasional dengan latar lagu Young Black & Rich milik rapper Amerika, Melly Mike, tarian Dikha dikenal dengan nama baru: Aura Farming.


Dikha adalah wajah baru dari warisan tua. Ia mewakili bagaimana budaya yang hidup di pinggiran sungai bisa menembus batas global, bukan karena dimodifikasi, tapi karena tampil apa adanya. (RK1)

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال